Mamuju, Quantumnews.id — Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan bekerja sama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menggelar kegiatan Sosialisasi Hasil Kajian Rendemen CPO dan Inti Sawit pada Tandan Buah Segar (TBS) Pekebun Rakyat di Sulbar. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Berkah, Jalan Soekarno, Mamuju, pada Selasa (18 Februari 2025).

Sosialisasi dibuka oleh Sekretaris Dinas Perkebunan Sulbar, Hj. Andi Sitti Kamalia, S.P., M.A.P. yang mewakili Kepala Dinas Perkebunan Sulbar Drs. H. Herdin Ismail, M.M., dan didampingi oleh Plt. Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPHP), Agustina Palimbong, S.Pt., M.Si.

Narasumber utama dalam kegiatan ini adalah Dr. Hasrul Abdi Hasibuan, Kepala Oil Palm Science Techno Park (OPSTP) dari PPKS Medan. Adapun peserta kegiatan terdiri dari Tim Penetapan Harga TBS Sulbar, perwakilan OPD Pemprov Sulbar seperti Dinas Dagperinkop-UKM, Dinas Tenaga Kerja, Biro Hukum, dan sejumlah Dinas Perkebunan dan Pertanian dari kabupaten, serta organisasi petani sawit seperti ASPEKPIR, APKASINDO, APKASINDO Perjuangan, SPKS, dan perwakilan dari Kepolisian Daerah Sulbar.

Dalam pemaparannya, Dr. Hasrul menyampaikan bahwa rendemen CPO untuk TBS usia tanam 10–20 tahun di Sulawesi Barat saat ini sebesar 21,65%, rendemen kernel sebesar 4,91%, dan kadar cangkang sebesar 4,59%. Nilai rendemen ini akan berlaku selama lima tahun dan akan dievaluasi kembali pada periode berikutnya.

“Sosialisasi ini penting agar petani dan perusahaan mengetahui seberapa besar hasil minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit yang bisa didapatkan dari setiap ton TBS yang diolah. Semakin tinggi rendemen, semakin baik kualitas CPO yang dihasilkan,” jelas Hasrul.

Sementara itu, Kamalia menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman para pemangku kepentingan di sektor sawit, khususnya terkait dampak rendemen terhadap penetapan harga TBS.

“Dengan adanya sosialisasi ini, mudah-mudahan petani dan perusahaan sawit bisa memahami dan mengacu pada rendemen terbaru Sulbar sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan,” ujar Kamalia.

Ia juga menambahkan bahwa pemahaman terhadap rendemen akan mendorong petani untuk menerapkan budidaya yang lebih baik, seperti pemupukan optimal dan panen pada waktu yang tepat, guna meningkatkan mutu dan produktivitas TBS.

Advertorial

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *